Tuesday, June 05, 2007

ANALISIS TOKOH DAN NILAI BUDAYA NOVEL AZALEA JINGGA

Latar Belakang Masalah

Keberadaan karya sastra merupakan sesuatu yang tidak asing lagi bagi manusia. Sastra tumbuh dan berkembang eksistensi manusia. Sastra dapat mempengaruhi hasil pikiran, perasaan dan tingkah laku individu karena sastra merupakan bagian dari sejarah kehidupan. Sastra adalah ekspresi pikiran dalam bahasa atau inspirasi oleh Jakob Sumardjo (1986 : 3) bahwa karya sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dan bahasa sebagai alat dan bahasa tersebut merupakan sarana untuk menyampaikan ide-ide atau perasaan pengarang kepada pembaca.

Karya sastra diciptakan oleh pengarang bukan semata-mata untuk memperoleh kepuasan pribadi saja, tetapi harus dapat dinikmati, dipahami dan berguna bagi pembaca. Membaca karya sastra maka akan mampu memberikan efek kepuasan batin, kenikmatan dan kesegaran pikiran serta pemahaman mendalam tentang manusia dan kehidupan. Ide penciptaan karya sastra diilhami dari pengalaman hidup pengarang sebagai anggota masyarakat, ia merekam berbagai peristiwa-peristiwa, tata nilai dan pandangan hidup dalam masyarakat. Melalui karyanya ia bermaksud menyampaikan suatu pesan kepada orang lain tentang permasalahan hidup.

Karya sastra lain dari masyarakat, untuk masyarakat dan milik masyarakat. Karya sastra tersebut harus dipahami dan dinikmati berdasarkan konvensi sastra dan bukan dengan konvensi ilmu pengetahuan, sebab karya sastra merupakan dunia rekaan yang tercipta melalui proses pemahaman, penafsiran dan penelitian. Dengan demikian, dua rekaan karya sastra tentang kehidupan, baik yang dialami oleh dirinya sendiri maupun orang lain.

Mursal Esten (1987 : 8) berpendapat bahwa sebuah karya sastra mengungkapkan masalah-masalah manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Suatu karya sastra diciptakan dengan tujuan untuk menghibur, selain itu dapat diharapkan untuk memberikan pengalaman jiwa bagi pembaca. Pengalaman jiwa tersebut dapat menambah kekayaan batin pembaca, sehingga pembaca akan lebih peka dalam menghadapi persoalan hidup yang dialaminya. Karya sastra sebagai suatu karya seni merupakan suatu hal yang senantiasa menarik untuk dikaji dan diteliti. Meneliti suatu karya sastra harus benar-benar obyektif berdasarkan kenyataan serta didasarkan pada teori-teori yang ada.

Mursal Esten (1990 : 8) mengatakan bahwa sebuah cipta sastra mengungkapkan tentang masalah-masalah manusia dan kehidupan, tentang makna hidup dan kehidupan, ia melukiskan penderitaan-penderitaan manusia, perjuangannya kasih sayang dan kebenaran, nafsu dan segala yang dialami manusia. Melalui cipta sastra pengarang mau menampilkan nilai-nilai yang lebih tinggi dan lebih agung, akan menafsirkan tentang makna hidup dan kehidupan.

Membaca karya sastra besar akan dapat menolong pembacanya menjadi manusia yang berbudaya. Manusia berbudaya adalah manusia yang responsif terhadap apa-apa yang luhur dalam hidup ini. Manusia itu selalu mencari-cari nilai kebenaran, keindahan, kebaikan. Salah satu cara memperoleh nilai-nilai itu adalah lewat pergaulan dengan karya-karya seni termasuk karya-karya besar (Sumardjo dan Saini K.M., 1986 : 9).
Kualitas sebuah karya sastra dikatakan baik tidak hanya dapat dilihat dari keindahan pengarang dalam merangkai kata-kata. Zainudin Fararre (2001 : 73) menegaskan bahwa karya sastra yang hanya bagus dalam salah satu aspeknya belum dapat dikatakan sebagai karya sastra yang berkualitas atau sastra yang baik. Begitu pula karya sastra yang tidak mudah dipahami oleh setiap orang tidak bisa langsung disebut sebagai sastra yang kurang berkualitas. Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh masyarakat (Darmono, 1979 : 1). Sastra menampilkan gambaran pola pikir, perubahan tingkah laku budaya dan lain sebagainya. Dengan kata lain, karya sastra merupakan potret segala aspek kehidupan sosial dengan segala permasalahan yang terjadi di masyarakat.

Manusia berbudaya adalah harus yang responsif terhadap sesuatu yang luhur dalam kehidupan, selalu mencari nilai kebenaran, keindahan dan kebaikan. Kebiasaan membaca karya sastra akan membentuk manusia menjadi yang berguna, berperasaan luhur dan mulia (Sumardjo dan Sains, 1997 : 9). Novel merupakan karya sastra yang terpopuler, merupakan karya sastra berbentuk prosa fiksi yang bersifat imajinatif. Karena sifatnya itu, novel mampu memberi citra atau bayangan-bayangan tertentu di dalam benak penikmatnya. Semua akibat yang ditimbulkan ini tercipta karena pengaruh teknik bercerita yang disajikan oleh pengarang. Pengarang akan selalu berusaha mempengaruhi pembaca melalui pilihan bunyi-bunyi bahasa, pilihan kata, susunan kalimat, penampilan tokoh maupun teknik penciptaan suspennya.

Novel Azalea Jingga adalah salah satu bentuk karya sastra dimana di dalamnya menceritakan tentang manusia sebagai anggota masyarakat yang memiliki ataupun diatur oleh nilai budaya., hal ini tidak asing bagi penulis dan begitupun juga para penikmat sastra. Penulis merasa tertarik untuk menjadikan novel Azalea Jingga sebagai obyek penelitian ini karena dalam novel ini banyak mengisahkan ataupun menceritakan problematika kehidupan orang Barat yang telah menikah dengan seroang patriot Indonesia yang kemudian dia tengah tinggal di tanah air dan mampu menyesuaikan dengan budaya tanah air. Dalam novel ini tokoh-tokoh yang ada di dalamnya banyak mengalami suatu permasalahan hidup, sebagai makhluk yang sempurna dan kuat serta tegar dalam menjalani kehidupan. Alur yang terdapat dalam novel ini adalah alur sedih serta didominasi oleh alur tragis dimana sang tokoh ataupun pelaku selalu mengalami kemalangan tetapi dia mencoba tegar dan novel ini berakhir dengan kesedihan secara tragis.

Novel Azalea Jingga membicarakan masalah percintaan, seks ataupun kebiasaan-kebiasaan orang Barat. Novel ini merupakan pentas romantika sejarah yang memanggungkan api percintaan seorang pejuang kemerdekaan dengan seorang perempuan berdarah Yahudi. Novel Azalea Jingga ini sangat berani dan garang dalam membicarakan pengkhianatan, percintaan yang bercampur dengan perselingkuhan, berakhir dengan kematian. Naning Pranoto memaparkan masalah-masalah ketabahan hati seorang perempuan yang dikhianati tetapi dia tetap bertahan hidup demi anaknya. Novel Azalea Jingga banyak menyinggung tentang nilai budaya yang berlaku pada diri tokoh ataupun pelaku serta masyarakat yang terlibat di dalamnya, maka dari itu penulis ingin mencari tahu bagaimana peranan nilai budaya dan fungsi nilai budaya dalam mengatur tingkah laku atau kepribadian tokoh yang terdapat dalam novel Azalea Jingga.

Identifikasi Masalah

Dalam upaya menemukan permasalahan yang muncul perlu adanya suatu langkah awal, yaitu dengan mengidentifikasi masalah. Adapun identifikasi masalah nilai budaya dalam novel Azalea Jingga adalah sebagai berikut :
  1. Nilai budaya yang terkandung dalam novel Azalea Jingga.
  2. Perwujudan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam novel Azalea Jingga.
  3. Pemilihan nilai-nilai budaya oleh pengarang untuk menuntut tokoh-tokoh dalam menghadapi permasalahan hidup yang terdapat dalam novel Azalea Jingga.

Pembatasan Masalah

Mengingat sekian banyak masalah yang muncul sebagaimana dalam identifikasi masalah, maka perlu kiranya dibatasi masalah yang akan dibahas, diantaranya adalah sebagai berikut :
  1. Nilai budaya yang terkandung dalam novel Azalea Jingga
  2. Perwujudan nilai budaya yang terdapat dalam novel Azalea Jingga.
  3. Pemilihan nilai-nilai budaya oleh pengarang untuk menuntut tokoh-tokoh dalam menghadapi permasalahan hidup yang terdapat dalam novel Azalea Jingga.

Perumusan Masalah

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
  1. Bagaimana nilai budaya yang terkandung dalam novel Azalea Jingga?
  2. Bagaimana perwujudan nilai budaya yang terdapat dalam novel Azalea Jingga?
  3. Bagaimana pemilihan nilai budaya oleh pengarang untuk menuntut tokoh-tokoh dalam menghadapi permasalahan hidup yang terdapat dalam novel Azalea Jingga?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :
  1. Mendeskripsikan nilai budaya yang terdapat dalam novel Azalea Jingga.
  2. Mendeskripsikan perwujudan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam novel Azalea Jingga.
  3. Mendeskripsikan pemilihan nilai budaya oleh pengarang menuntut tokoh-tokohnya dalam menghadapi permasalahan hidup dalam novel Azalea Jingga.

Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dalam dunia sastra berkaitan dengan model pemahaman terhadap novel Indonesia, yaitu Azalea Jingga terutama dari segi sosiologi sastra.

Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan pembaca untuk memperoleh informasi yang jelas mengenai nilai budaya. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan akan menjelaskan dengan segala kehidupan dan berbagai masalah dalam nilai budaya.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini akan dipresentasikan dalam lima bab, yaitu :

Bab I :
Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.

Bab II :
Kajian Pustaka, terdiri dari pengertian nilai budaya, tokoh dan penokohan, pendekatan sosiologi sastra, frekuensi nilai budaya.

Bab III :
Metode Penelitian

Bab IV :
Analisis dan Pembahasan

Bab V :
Kesimpulan dan Saran

KAJIAN PUSTAKA


Hakikat Novel Sebagai Bentuk Karya Sastra

Novel adalah salah satu jenis karya sastra yang menampilkan rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya. Novel juga dapat menonjolkan watak dan sifat tokoh-tokoh cerita dengan permasalahan kehidupan selain dapat dinikmati sebagai media hiburan juga di dalamnya terdapat nilai-nilai yang bermanfaat bagi pembaca dalam kehidupan sehari-hari. Novel merupakan pengungkapan dari fragmen kehidupan manusia dalam jangka yang lebih panjang dimana terjadi konflik-konflik yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan hidup antara pelakunya. (Suhardjo, 1989 : 35)

Novel pada dasarnya merupakan bentuk penceritaan tentang kehidupan manusia yang bersifat fragmentaris. Teknik pengungkapannya bersifat padat dan antar unsurnya merupakan struktur yang terpadu. Novel menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan para tokohnya. Dari kejadian itu terlukis suatu konflik, pertikaian yang menentukan nasib para tokohnya. (Nurgiyantoro, 1995 : 30).

Fungsi karya sastra (novel) adalah selain menghibur juga memberikan sesuatu yang dibutuhkan manusia pada umumnya, berupa nilai-nilai agung yang sering lepas dari pengamat dan pengalaman hidup sehari-hari. Menurut Suhariyanto (1982), fungsi karya sastra bukan semata-mata untuk memberikan hiburan kepada peminatnya melainkan juga memberikan suatu yang dibutuhkan manusia pada umumnya, yaitu nilai-nilai yang anggun dan agung yang sering terlepas dari pengamat dan pengalaman sehari-hari.

Sementara Sumardjo (1988 : 78) juga berpendapat bahwa novel menceritakan sesuatu kejadian yang luar biasa karena dari kejadian itu terlahir konflik, suatu tikaian yang mengalihkan jurusan nasib mereka. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Esten (1989 : 12) yang mengemukakan bahwa novel merupakan pengungkapan fragmen kehidupan manusia dimana terjadi konflik-konflik yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan hidup antara pelakunya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa novel adalah pengungkapan tentang fragmen kehidupan manusia, dimana dalam fragmen kehidupan itu terjadi konflik-konflik atau pertikaian yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan nasib para tokoh dalam cerita itu.

Novel sebagaimana bentuk karya sastra lainnya terdiri dari unsur-unsur pembentuk yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur struktural formal yang membangun karya sastra dari dalam. Unsur-unsur tersebut antara lain tema, penokohan, alur, latar, judul, sudut pandang, gaya dan suasana. Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur dari dunia luar karya sastra yang berpengaruh. Unsur-unsur itu antara lain ekonomi, politik, sejarah, filsafat, pendidikan dan psikologi (Esten, 1984 : 20-22). Nurgiyantoro (1995 : 4) berpendapat bahwa novel sebagai karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajiner yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh dan penokohan sudut pandang dan lain-lain yang kesemuanya tentu saja bersifat imajiner.

Pengertian Nilai Budaya

Nilai budaya adalah hasil budaya yang berupa konsep abstrak mengenai masalah dasar yang sangat penting dan bernilai dalam kehidupan manusia. Menurut Koentjoroningrat (1984 : 25), nilai budaya adalah tingkat pertama kebudayaan lokal dan adat. Nilai budaya adalah lapisan paling abstrak dan luas ruang lingkupnya. Tingkat ini adalah ide-ide yang mengkonsepsi hal-hal yang paling bernilai dalam kehidupan masyarakat. Selain itu, sistem nilai budaya terdiri atas konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang harus mereka anggap bernilai dalam kehidupan. Oleh karena itu, suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia sebagai pendorong pembangunan, khususnya watak.

Karya sastra merupakan budaya dan ekspresi kehidupan bangsa sebagai wujud pelestarian nilai-nilai budaya. Menurut Soetjipto (1992 : 108), nilai budaya merupakan akar dari segala nilai dan norma yang dianut oleh masyarakat. Nilai dan norma ini mempengaruhi alam pikiran, cita-cita dan perbuatan (cipta, rasa dan karsa) masyarakat dalam kehidupan. Alam pikiran, cita-cita dan perbuatan inilah yang pada gilirannya melahirkan persepsi, sikap dan perbuatan manusia dan masyarakat terhadap alam sekitar, terhadap sesama dan terhadap pengelolaan sumber-sumber daya yang digunakan untuk menjamin kelangsungan hidupnya.

Setelah mengamati latar belakang permasalahan yang akan diteliti novel Azalea Jingga karya Naning Pranoto karena belum ada yang menganalisis nilai budayanya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti novel tersebut terutama tentang nilai budaya.

Tokoh

Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami kejadian dalam berbagai peristiwa dalam sebuah cerita rekaan (Sudjiman, 1991 : 17). Wellek dan Waren mengatakan bahwa tokoh merupakan jalan memahami keadaan jasmani dan rohani tersebut yang sederhana untuk menggambarkan watak adalah dengan memberik makna (Wellek dan Waren, 1989 : 287). Tokoh dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah rekaan pengarang yang mengalami peristiwa secara langsung dalam cerita. Nurgiyantoro (1995 : 176) membagi tokoh cerita ke dalam tokoh utama dan tokoh tambahan.

Tokoh utama adalah tokoh yang memegang peranan penting ditampilkan dari awal sampai akhir cerita (bersifat terus-menerus). Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejahatan. Tokoh utama paling banyak diceritakan dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain sehingga menentukan perkembangan alur secara keseluruhan.

Tokoh tambahan, adalah tokoh yang kehadirannya untuk melengkapi tokoh utama, ditampilkan untuk memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi oleh tokoh utama.
Tokoh utama dibagi tokoh protagonis dan tokoh antagonis (Sudjiman, 1991 : 18-19). Tokoh protagonis adalah tokoh yang ditampilkan selalu relevan dengan kejadian. Karya sastra harus memiliki konflik sehingga konflik itu akan menentukan adanya suspense yang sering dialami oleh tokoh protagonis.
Tokoh antagonis, adalah tokoh yang hadir hanya menunjang kehadiran tokoh protagonis. Tokoh yang menyebabkan adanya konflik disebut tokoh antagonis.