Thursday, July 12, 2007

Bahasa Dagadu dan Bahasa Stiker

Latar Belakang Masalah

Pengertian orang tentang bahasa sangat beraneka ragam, bergantung kepada teori apa yang dipakai. Setiap teori mempunyai definisi yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Apabila hal ini kita perturutkan, maka kita tidak akan mungkin berbicara tentang bahasa dengan “bahasa” yang sama. Bahasa dapat didefinisikan sebagai suatu sistem tanda arbitrer yang konvensional. Bahasa bersifat sistematik dan sistemik. Bahasa bersifat sistematik karena mengikuti ketentuan-ketentuan atau kaidah-kaidah yang teratur. Bahasa juga bersifat sistemik karena bahasa itu sendiri merupakan suatu sistem atau subsistem-subsistem.

Bagi masyarakat Jogja, kata Dagadu sudah ada sejak beberapa dasawarsa lalu dikenal sebagai umpatan : matamu. Inilah bahasa walikan, bahasa slang orang Jogja yang disusun dengan cara membalik empat baris huruf Jawa. Permainan sandi dalam bahasa walikan ini dilakukan dengan cara menukar empat baris pertama dengan baris ketiga, baris kedua dengan baris keempat dan begitu pula sebaliknya. Kata berbahasa Indonesia dipenggal berdasarkan suku katanya kemudian dipasangkan berdasarkan urutan baris huruf Jawa tersebut, tanpa perlu mengubah huruf vokalnya. Kata DA-GA-DU menjadi mudah dipahami. DA pada baris kedua dibaca MA yang ada pada baris keempat, GA pada baris keempat dibaca TA di baris kedua dan DU (DA) berpasangan dengan MA (MU). Jadi, DA-GA-DU berarti MA-TA-MU. Itulah sebabnya kenapa logo Dagadu Djokdja bergambar mata. Tapi bagi Dagadu Djokdja, mata bukan semata-mata logo. Mata adalah idiom yang lengkap dengan citra kreativitas, dunia rancang merancang. Dalam khasanah budaya Jawa, mata adalah mripat, yang konon kabarnya berdekatan makan dengan ma’rifat, yang dimaknai sebagai keinginan agar dapat memberikan manfaat bagi diri dan lingkungannya. Matapun menjadi sarana utama untuk sightseeing, jalan-jalan sambil menikmati suasana dan panorama kota. Maka Dagadu berharap dapat mempresentasikan kepedulian terhadap masalah perkotaan dan kepariwisataan di Jogja.
Dagadu Djokdja adalah sebuah ikon pariwisata Jogja setelah gudeg, batik, perak dan bakpia. Namun keberadaannya telah banyak diserupai oleh para pembajak yang jauh dari sifat bijak dan tiada lagi rasa isin. Namun demikian, PT. Aseli Dagadu Djokdja tiada henti berinovasi. Meskipun banyak pihak lain menjual produknya dengan iming-iming komisi tinggi tanpa peduli pada kualiti, kami tetap konsisten pada pasar sebagai branded product & exclusive distribution ini.

Akhirnya, DAGADU resmi menjadi merk produk cinderamata alternatif yang dijual di Malioboro Mall ini. Untuk menunjukkan lokalitas darimana cinderamata itu berasal, ditambahlah kata Djokdja setelah Dagadu. Sementara itu, pemakaian ejaan lama pada kata Djokdja dimaksudkan untuk memberi muatan nilai historis kota Jogjakarta. Sejak awal kelahirannya, Dagadu Djokdja sudah memposisikan diri sebagai produk cinderamata alternatif dari Djokdja. Sebuah cinderamata, tentu saja mengeksplorasi semangat dan khasanah budaya lokal. Selain praktis dan ringan sebagai syarat fungsionalnya, cinderamata juga harus menjadi benda kenangan. Dengan kata lain, selalu ada cerita dibaliknya, ada keunikan yang dibawanya.
Masyarakat di lingkungan kota Jogja khususnya remaja dalam pergaulan mereka cenderung lebih suka menggunakan bahasa dagadu sebagai alasan untuk berkomunikasi karena lebih mudah diucapkan serta mempunyai daya tarik tersendiri bagi yang mendengarkan maupun yang diajak berkomunikasi. Bahasa dagadu sangat praktus kedengarannya dan mempunyai daya humoris yang tinggi.

Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah dibicarakan permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut :
  1. Bagaimanakah bahasa dagadu dan bahasa stiker digunakan dalam masyarakat sekarang ini?
  2. Bagaimanakah perkembangan bahasa dagadu dan bahasa stiker dalam masyarakat?

Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
  1. Mengetahui sejauh mana bahasa dagadu dan bahasa stiker digunakan dalam masyarakat sekarang ini.
  2. Mengetahui perkembangan bahasa dagadu dan bahasa stiker dalam masyarakat.

Pembahasan

Bahasa Indonesia amat sangat luas wilayah pemakaiannya dan bermacam-macam ragamnya, mau tidak mau takluk pada hukum perubahan, arah perubahan itu tidak selalu tak terelakkan karena kitapun dapat mengubah bahasa secara berencana. Dalam masyarakat modern ini, bahasa yang sangat digemari oleh remaja adalah bahasa dagadu.
Pernah mendapat umpatan dari orang dengan kata-kata pabu sacilad? Dan kamu berpikir, “Ngomong apaan to orang ini…?”. He contoh yang gak bener. Yah itulah yang disebut basa walikan. Sebuah bahasa khas Jogja yang diambil dari 20 jenis aksara Jawa.

Pemakaian resmi

Bahasa gaul bukanlah bahasa Indonesia resmi, meskipun bahasa ini digunakan secara luas dalam percakapan verbal dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa gaul sangat digemari karena pemakaiannya sangat mudah dan dapat menjalani keakraban satu sama lain bila diucapkan pada orang lain. Ciri dan kaidah tata bunyi pembentukan kata pada umumnya hampir memiliki kesamaan. Itulah sebabnya kita masih dapat memahami orang lain yang menggunakan bahasa dagadu sebagai alat komunikasi, walau disamping itu kita dapat mengenali beberapa perbedaan dalam perwujudan bahasanya.

Tata bahasa

Struktur dan tata bahasa gaul tidak terlalu jauh berbeda dari bahasa formalnya (bahasa Indonesia) dan banyak kasus kosakata yang dimilikinya hanya merupakan singkatan dari bahasa formalnya. Perbedaan utama antara bahasa formal dengan bahasa gaul utamanya adalah dalam perbendaharaan kata. Banyak orang asing yang belajar bahasa Indonesia merasa bingung saat mereka berbicara langsung dengan orang Indonesia asli, karena bahasa yang mereka pakai adalah formal, sedangkan kebanyakan orang Indonesia berbicara dengan bahasa informal dan gaul.
Contoh :
Bahasa IndonesiaBahasa Gaul (informal)
aku, sayague
kamuelo
di masa depankapan-kapan
Apakah benar?Emangnya bener?
tidakgak
tidak peduliEmang gue pikirin!

Pengucapan

Cara pengucapan bahasa gaul dilafalkan dengan secara sama seperti halnya bahasa Indonesia. Kosakata-kosakata yang meminjam dari bahasa lain seperti bahasa Inggris ataupun Belanda ditransliterasikan pengucapannya, contohnya “Please” ditulis sebagai “plis” dan “Married” sebagai Merit.

Kesimpulan

Dari pembahasan yang dibuat di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa bahasa dagadu banyak diminati oleh masyarakat khususnya pada masyarakat Jogja. Remaja cenderung memakai bahasa dagadu baik sebagai alat komunikasi maupun sebagai cinderamata yang dijual di kota Jogja. Djokdja selalu menjadi tema sentral produk Dagadu Djokdja. Everything about Djokdja. Ya tentang artefaknya, bahasanya, kultur kehidupannya, maupun peristiwa keseharian yang terjadi di dalamnya.