Tuesday, April 15, 2008

Sifat Riya'

Ketinggian dan kemuliaan seseorang menurut Islam bukan diukur berdasarkan kekayaan, pangkat atau keturunan yang dimilikinya. Akan tetapi ia dilihat dari sudut ketakwaannya kepada Allah SWT disamping melihat kepada kesucian hatinya yang bebas daripada segala sifat mazmumah.

Rasulullah saw. menjelaskan perkara ini ketika ditanya oleh seorang sahabat “Wahai Rasulullah saw, siapakah manusia yang terbaik?”. Jawab baginda saw., “Orang mukmin yang bersih hatinya.” Tanya sahabat lagi, “Apakah maksud orang yang bersih hatinya?”. Jawab baginda saw., “Ialah orang yang bertakwa, bersih yakni tidak ada kederhakaan, pengkhianatan, dendam dan kedengkian”. Riwayat Ibnu Majjah.

Seseorang yang tipis dan tidak kuat imannya akan mudah dihinggapi penyakit hati, karena penyakit ini muncul dari dorongan hawa nafsu yang jahat dan hasil dari godaan syaitan yang senantiasa ingin menyesatkan manusia.

Pengertian Sifat Riya’
Sifat Riya’ adalah sifat yang sangat berbahaya karena dapat menghapuskan segala kebajikan atau amal sholeh yang telah dikerjakan oleh seseorang, sehingga tidak ternilai di sisi Allah swt. Orang yang riya’ membuat ibadah atau apa saja amalan bukan untuk mengharapkan keridhaan Allah swt melainkan karena mengharapkan pujian dan penilaian dari manusia. Hal ini terdapat dalam firman Allah SWT berikut:
“Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, yaitu bagi orang-orang yang lalai dari sholatnya, orang-orang yang berkeadaan riya’.”
Dalam mengerjakan apa jua bentuk amal sholeh atau beribadah kepada Allah SWT jika didasarkan kepada riya’maka akan sia-sialah ibadah itu. Sesungguhnya Allah SWT memerintahkan hambanya agar beribadah dengan penuh ikhlas. Hal ini terdapat dalam firman Allah SWT berikut:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya (ikhlas) dalam menjalankan agama dengan lurus dan supaya mendirikan sholat dan menunaikan zakat dan yang demikian itula agama yang lurus, maka jelaslah amalan yang didasarkan kepada riya’ itu tadi tidak akan mendapat pahala.”
Apa yang nyata riya’ tidak akan meninggalkan kesan positif kepada pelakunya orang riya’ yang tidak ikhlas biasanya amalannya atau budinya tidak kemana. Apabila tiada manusia yang memuji atau tidak mendapat pujian, orang yang riya’ itu akan berhenti dari beramal.