Sunday, May 22, 2011

Bendera Pusaka dan Paskibraka

Sejarah Bendera Pusaka
Proklamasi Kemerdekaan RI dikumandangkan pada hari Jum’at, 17 Agustus 1945, pukul 10 pagi di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Setelah pernyataan kemerdekaan Indonesia, untuk kali pertama secara resmi bendera kebangsaan Merah Putih dikibarkan oleh dua orang muda-mudi dan dipimpin Latief Hendraningrat. Bendera ini dijahit tangan oleh Ibu Fatmawati Soekarno (ukuran 185x275cm) dan bendera ini pula yang kemudian disebut “Bendera Pusaka”.Bendera pusaka berkibar siang dan malam di tengah hujan tembakan sampai Ibukota Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta pada tahun 1946. Bendera Pusaka dibawa ke Yogyakarta dan dimasukkan dalam kopor pribadi Presiden Soekarno. Selanjutnya Ibukota Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta.

Tanggal 19 Desember 1948, Belanda melancarkan agresi militer yang kedua. Pada saat Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta dikepung oleh Belanda,Presiden memanggil Hussein Mutahar dan menugaskannya untuk menyelamatkan Bendera Pusaka.

Untuk menyelamatkan Bendera Pusaka itu, Hussein Mutahar harus memisahkan antara bagian merah dan putihnya. Dengan dibantu Ibu Perna Dinata, benang jahitan diantara bendera pusaka tersebut berhasil dipisahkan. Selanjutnya, bendera pusaka tersebut dimasukkan pada dasar dua tas milik Hussein Mutahar untuk menghindari penyitaan yang dilakukan tentara Belanda.

Setelah sekian lama dan merasa aman, Hussein Mutahar menjahit kembali bendera pusaka yang terpisah dua itu dengan meminjam mesin jahit milik seorang istri dokter. Akan tetapi, dua centimeter dari ujung bendera pusaka terdapat sedikit kesalahan jahitan. Kemudian hari, dengan dibungkus kertas koran, bendera pusaka tersebut diserahkan kembali kepada Presiden RI Soekarno di Bangka (tempat pengasingan) melalui Bapak Soejono (Delegasi RI).

Sebagai penghargaan atas jasa menyelamatkan Bendera Pusaka yang dilakukan oleh Hussein Mutahar, Pemerintah RI telah menganugerahkan Bintang Mahaputra pada tahun 1961 yang disematkan sendiri oleh Presiden Soekarno.

Pengibaran Bendera Merah Putih di Gedung Agung Yogyakarta
Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Ke-2 Kemerdekaan Republik Indonesia, Presiden Soekarno memanggil salah seorang ajudan beliau, Mayor (L) Hussein Mutahar. Selanjutnya Hussein Mutahar diberikan tugas mempersiapkan dan memimpin upacara peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1946 di halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta.

Hussein Mutahar mempunyai pemikiran bahwa untuk menumbuhkan rasa persatuan bangsa, maka pengibaran Bendera Pusaka sebaiknya dilakukan oleh pemuda se-Indonesia. Kemudian beliau menunjuk 5 (lima) orang pemuda yang terdiri atas 3 (tiga) putri dan 2 (dua) putra perwakilan daerah yang berada di Yogyakarta. Penunjukan atas 5 (lima) orang tersebut sebagai simbol dari Pancasila.

Pengibaran Bendera Pusaka ini berlanjut tahun berikutnya sampai tahun 1949 di Yogyakarta. Setelah empat tahun ditinggalkan, Jakarta kembali menjadi Ibukota RI. Pada hari itu, Bendera Pusaka Sang Merah Putih juga dibawah ke Jakarta.

Untuk kali pertama peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1950 diselenggarakan di Istana Merdeka Jakarta. Regu-regu pengibar dari tahun 1950-1966 dibentuk dan diatur oleh Rumah Tangga Kepresidenan.

Pembentukan Pasukan Pengerek Bendera Pusaka Tahun 1967-1968
Tahun 1967, Hussein Mutahar dipanggil oleh Presiden Soeharto ke Istana Negara Jakarta untuk menangani lagi masalah Pengibaran Bendera Pusaka. Dengan ide dasar dari pelaksanaan upacara tahun 1946 di Yogyakarta, beliau kemudian mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu:
  1. Kelompok 17/Pengiring(PEMANDU)
  2. Kelompok 8/Pembawa (INTI)
  3. Kelompok 45/Pengawal
Ini merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945 (17-8-45). Pada waktu itu, dengan situasi kondisi yang ada, beliau melibatkan putra daerah yang ada di Jakarta dan menjadi anggota Pandu/Pramuka untuk melaksanakan tugas Pengibaran Bendera Pusaka.

Semula rencana beliau untuk kelompok 45 (pengawal) akan terdiri atas para Mahasiswa AKABRI (Generasi Muda ABRI). Akan tetapi ketika ada usulan lain menggunakan anggota Pasukan Khusus ABRI (seperti RPKAD, PGT, Marinir dan Brimob) juga tidak mudah, akhirnya kelompok 45 (pengawal) diambil dari Pasukan Pengawal Presiden (PASWALPRES) yang mudah dihubungi dan sekaligus mereka bertugas di Istana Negara.

Pada 17 Agustus 1968, petugas pengibar Bendera Pusaka adalah para pemuda utusan propinsi. Tetapi propinsi-propinsi belum seluruhnya mengirimkan utusan sehingga masih harus ditambah oleh eks anggota pasukan pengibar tahun 1967.

Tanggal 5 Agustus 1969, di Istana Negara berlangsung upacara penyerahan duplikat Bendera Pusaka Merah Putih dan reproduksi Naskah Proklamasi oleh Presiden Soeharto kepada Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I seluruh Indonesia.

Bendera duplikat pusaka mulai dikibarkan menggantikan Bendera Pusaka pada peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1969 di Istana Merdeka Jakarta, sedangkan Bendera Pusaka hanya bertugas mengantar dan menjemput bendera duplikat yang dikibar/turunkan. Dengan demikian Bendera Pusaka terakhir kali dikibarkan pada 17 Agustus 1968.

Pada tahun 1969, secara resmi anggota PASKIBRAKA adalah para remaja siswa SMTA se-tanah air Indonesia yang merupakan utusan dari 26 propinsi di Indonesia, dan tiap propinsi diwakili oleh sepasang remaja (putra dan putri). Dari tahun 1967 sampai tahun 1972, anggota yang terlibat sebagai pasukan pengibar masih dinamakan sebagai anggota “Pasukan Pengerek Bendera Pusaka” atau PASERAKA.

Patut dicatat disini, pada tanggal 17 Agustus 1969, bendera pusaka sudah tidak lagi dikibarkan di Istana Negara karena dianggap sudah terlalu tua, sehingga dibuatlah duplikatnyadari bahan bendera (wool). Bendera duplikat pusaka terbuat dari katun Inggris tanpa jahitan dengan ukuran 200x300cm dan dibuat oleh Balai Penelitian Tekstil Bandung dibantuk oleh PT. Ratna di Ciawi, Bogor.

Pada tahun 1973, salah seorang Pembina yang berama Idik Sulaeman melontarkan suatu nama untuk Pasukan Pengibar Bendera Pusaka dengan sebutan PASKIBRAKA. PAS berasal dari PASukan, KIB berasal dari KIBar mengandung pengertian pengibar, RA berarti bendeRA dan KA berarti pusaKA. Mulai saat itu singkatan anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka adalah PASKIBRAKA.

Keterangan:
PASWALPRES sekarang disebut Pasukan Pengamanan Presiden (PASPAMPRES)