Monday, September 05, 2011

masih tentang Lebaran

Setelah hilang penat kita mengurus lebaran, maka kini tiba saatnya bagi kita untuk mendengar berbagai kalkulasi dari peristiwa besar itu. Salah satu yang perlu kita mengerti, bahwa ternyata umat Islam telah membelanjakan dalam jumlah yang luar biasa selama menjelang dan saat berlebaran. Nilai belanja untuk pakaian berlipat tiga puluh kali, sedang untuk pakaian antara empat puluh hingga lima puluh kali! Sebuah rekor yang layak untuk dipertanyakan. Betapa borosnya kita?

Kesempatan itu telah dimanfaatkan oleh mereka yang mengerti persis kebiasaan kaum muslimin, dan kebetulan mereka mempunyai kesempatan maupun fasilitas. Banyak produk yang hanya habis di saat lebaran, padahal di waktu-waktu yang lain selalu menumpuk di gudang-gudang. Bahkan ada pula jenis pakaian tertentu yang diproduksi selama setahun hanya untuk memenuhi permintaan selama lebaran itu.

Hal ini bisa terjadi karena tidaklah mungkin melayani melonjaknya kebutuhan belanja umat Islam selama Ramadhan dan Syawal hanya dengan produksi beberapa saat sebelumnya. Bahkan momen itu bisa dimanfaatkan untuk menghabiskan persediaan-persediaan afkiran, yang semestinya sudah tidak layak jual.

Beberapa kerugian yang diderita umat Islam dari kebiasaan ini di antaranya, mereka gampang tertipu barang jelek dengan harga tinggi. Menjelang lebaran orang biasanya tiak terlalu ambil pusing dengan harga yang berlipat. Yang penting beli. Apalagi dicantumkan disana diskon sekian persen. Tidak ada yang peduli, bahwa tanpa didiskon di luar Ramadhan dengan didiskon di bulan Ramadhan ternyata masih lebih mahal yang didiskon!

Barang yang kurang baik, pada saat semua orang butuh, gampang dicampurkan dengan barang-barang yang baik sehingga tertutupi cacatnya. Sementara berjubelnya orang di toko-toko semakin tidak memungkinkan mereka memilih secara lebih teliti dan hati-hati. Alhasil, sesampai di rumah, mereka dapati kekurangannya di sana-sini. Atau ternyata tidak seawet yang diperkirakan.

Fenomena ini patut menjadi perhatian kita. Sekalipun kita masih bisa maklum mengingat banyak di antara umat Islam yang hanya memiliki kelapangan rezeki menjelang Idul Fitri. Tetapi bila dibiarkan, justru kalangan yang hidupnya pas-pasan itulah yang akan tertimpa lebih banyak kerugian. Mereka tidak mampu berbelanja di bulan lain, lalu pada saat harus membeli, harga telah jauh lebih tinggi.

Satu hal lain, kebiasaan yang kemudian mendongkrak harga itu jelas akan meningkatkan angka inflasi atau penurunan nilai uang. Yang ini merupakan kerugian bagi semuanya.